Mengulas sekilas telaah
sebelumnya yakni mengenai parameter pencemaran COD dan BOD (pembahasan dan
ulasan COD dan BOD baca disini). Chemical
Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi yaitu jumlah oksigen
yang diperlukan agar bahan baungan yang ada di dalam air dapat teroksidasi
melalui reaksi kimiawi sedangkan Biological
Oxygen Demand (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang dperlukan
oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang terdapat dalam
air. Pada kali ini akan membahasa mengenai parameter lainnya yang cukup umum
digunakan dalam menentukan keadaan suatu lingkungan air tercemar atau tidak
yakni parameter pencemaran pH dan TSS atau Total
Suspended Solid.
Parameter pH adalah ukuran yang
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan materi. Nilai pH dinyatakan dalam
unit pH dari 0-14. Nilai pH limbah cair sangat tergantung pada materi pencemar
yang berada di dalamnya. Materi organik terdekomposisi, senyawa asam kuat dapat
menyebabkan pH menjadi asam. Derajat keasaman (pH) menunjukkan suatu proses
reaksi yang berada dalam perairan seperti reaksi dalam kondisi asam atau basa.
Derajat keasaman (pH) sangat berpengaruh terhadap tingkat toksisitas bahan
beracun. Perairan yang netral memiliki nilai pH yaitu 7, perairan yang bersifat
asam pH<7 dan bersifat basa pH>7 [1]. Teknik penentuan pH umumnya dapat
dilakukan dengan suatu alat pengukur pH baik alat terukur atau pH dalam bentuk
kertas uji. Namun, pengunaan alat yang terstandar sangat dianjurkan untuk
pengukuran yang lebih akurat.
TSS (Total Suspended Solid) adalah
residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel
maksimal atau lebih besar dari ukuran partikel koloid [2]. Atau dengan kata
lain TSS adalah zat padat tersuspensi yang dapat dikelompokkan menjadi zat
padat terapung dan zat padat terendap. Zat padat teraping ini selalui bersifat
organik sedangkan zat padat terendap dapat bersifat sebagai organik dan
anorganik [3]. Namun, secara teori TSS adalah padatan total yang tertahan oleh
saringan dengan ukuran partikel koloid maksimal 2 µm atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid [4].
Bagian yang termasuk TSS adalah
lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS
umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi
untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk
fotosintesis dan visibilitas di perairan sehingga nilai kekeruhan tidak dapat
dikonversi ke nilai TSS [2]. Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk
menyebarkan cahaya, sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel
tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optic pola dan
intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk
partikel serta materi [5].
Teknik penentuan TSS dapat dilakukan sebagai berikut [6]. Kertas
saring diletakkan kedalam alat penyaring, bilas dengan air suling sebanyak 20
ml dan operasikan alat penyaring. Ulangi pembilasan hingga bersih dari
partikel-partikel halus kertas saring. Ambil kertas saring dan letakkan di atas
tempat khusus kertas saring. Keringkan kertas saring tersebut di dalam oven
pada temperatur 50-60oC sampai kering. Dinginkan dalam desikator
selama 10 menit. Timbang dengan neraca analitik hingga diperoleh berat tetap,
misalnya B mg. Letakkan kertas saring tersebut di dalam desikator. Saring
sampel dengan menggunakan kertas saring tersebut, kemudian residu tersuspensi
dibilas dengan air suling sebanyak 10 ml dan dilakukan tiga kali pembilasan.
Ambil kertas saring dan taruh di tempat khusus yang bersih dan kering.
Keringkan di dalam alat pengering sampai bena-benar kering. Dinginkan dalam
desikator selama 10 menit. Timbang dengan neraca analitik hingga diperoleh
berat tetap, misalnya A mg. Kadar TSS dapat dihitung dengan rumus :
mg/l residu tersuspensi
dimana :
A = berat kertas saring berisi residu tersuspensi (mg)
B = berat kertas saring kosong (mg)
Daftar Pustaka
1. H.
Effendi, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan
Sumberaya dan Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta.
2.
Sutrisno
dan Suciastuti, 1991, Teknologi
Penyediaan Air Bersih, Rineka Cipta Karya, Jakarta.
3.
D. Suhardjo, 2008, J. Manusia dan Lingkungan, 15(2): 79-89.
4.
S. Tanata, M. R. Gunawan dan S. Pandia, 2013, Jurnal Teknik Kimia USU, 2(3): 8-11.
5.
Sugiharto,
1987, Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah,
UI Press, Jakarta.
6.
Irmanto dan Suyata, 2010, Molekul, 4(1): 21-32.
No comments:
Post a Comment
Perhatian bagi para pembaca blog ini! Tanggapan, pertanyaan atau kebutuhan lainnya, silahkan bisa kirimkan pesan ke alamat email febiyanto1453@gmail.com, terimakasih.