Parameter Pencemaran dan Teknik Analisisnya Bagian 1: COD dan BOD
Selain meningkatkan sisi ekonomi ,
seiring dengan berkembangnya berbagai sektor dunia industri saat ini, tidak menutup
kemungkinan meninggalkan berbagai permasalahan. Salah satu efek samping yang saat
ini dihadapi hingga sekarang adalah permasalahan lingkungan. Permasalahan lingkungan
ini ditandai dengan adanya pencemaran lingkungan yang berdampak bagi eksistensi
makhluk hidup. Tidak hanya untuk makhluk hidup hari ini namun juga anak cucu kita
pun akan mendapatkan efek yang merugikan dikemudian hari. Pencemaran lingkungan
seperti ekosistem air dapat diketahui melalui indikator-indikator tertentu. Indikator
ini diantaranya adalah parameter BOD, COD, pH, dan TSS yang umumnya ada pada
setiap pengujian atau analisis di laboratorium. Indikator-indikator ini penting
diketahui untuk dapat dilakukan sebagaimana mestinya dalam pengujian-pengujian
di lapangan untuk mengetahui kadar atau kosentrasi pencemar di lingkungan air.
Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi yaitu
jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan baungan yang ada di dalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimiawi. Hal ini juga dapat memiliki pengertian COD
adalah banyaknya oksigen-oksige yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
organik menjadi molekul-molekul yang sederhana seperti CO2 dan H2O.
Tes COD ini digunakan untuk menghitung kadar bahan organik yang dapat
dioksidasi, dihitung dengan menggunakan bahan kimia oksidator kuat dalam media
asam [1]. Sebagaian besar zat organik melalui tes COD ini dioksidasi oleh K2Cr2O7
dalam keadaan asam yang mendidih optimum [2]. Namun dalam beberapa kasus uji
COD, penggunaan senyawa pengoksidasi seperti K2Cr2O7
yang cukup berbahaya karena menggandung logam Cr dapat diganti dengan penggunaan
pengoksidasi lain yakni senyawa KMnO4.
Teknik pengukuran COD dapat dilakukan sesuai dengan prosedur yang
dilakukan oleh Suyata dan Irmanto [3] yakni Penentuan COD dilakukan dengan menggunakan metode titrasi
iodometri. 10 ml akuades sebagai blanko dan 10 ml sampel dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml ditambahkan 0,1 g HgSO4 dan KMnO4 0,1
M. Ditutup, lalu dipanaskan selama 1 jam dalam penangas air, didinginkan dan
ditambahkan 5 ml KI 10 % dan 10 ml H2SO4 4N. Kemudian
dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sampai
warna kuning pucat. Setelah itu ditambahkan beberapa tetes amilum 1 % kemudian
dititrasi kembali sampai warna biru hilang. Kadar COD dapat dihitung dengan
rumus :
dimana :
A = ml pentiter untuk blanko
B = ml pentiter untuk sampel
N =
normalitas Na2S2O3
Biological Oxygen Demand (BOD)
didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang dperlukan oleh mikroorganisme
untuk memecahkan bahan-bahan organik yang terdapat dalam air. Pemeriksaan BOD
diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau
industri, dan untuk mendesain sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar
tersebut. Pencemaran bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan
oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses
oksidasi [1]. Oksigen yang dikonsumsi dalam uji BOD dapat diketahui melalui
proses inkubasi contoh air pada suhu 20°C selama 5 hari. Untuk memecahkan
bahan-bahan organik tersebut secara sempurna pada suhu 20°C sebenarnya
dibutuhkan waktu lebih dari 20 hari, tetapi untuk praktisnya diambil waktu 5
hari sebagai standar. Inkubasi selama 5 hari tersebut hanya dapat mengukur kira-kira
68% dari total BOD [4].
Berkurangnya oksigen selama
oksidasi ini sebenarnya selain digunakan untuk oksidasi bahan organik juga
dapat digunakan dalam proses sintesa sel serta oksidasi sel dari
mikroorganisme. Oleh karena itu, uji BOD ini tidak dapat digunakan untuk
mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya yang terdapat dalam air,
tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang digunakan
untuk mengoksidasi bahan organik tersebut. Semakin banyak oksigen yang
dikonsumsi, maka semakin banyak pula kandungan bahan-bahan organik didalamnya [5]
Umumnya, pengujian BOD adalah
menggnakan metode winkler-alkali iodida
azida. Metode ini diartikan sebagai penetapan BOD yang dilakukan dengan
cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam sampel yang disimpan
dalam botol tertutup rapat, diikubasi selama 5 hari pada tempeartur kamar,
kemudian diukur oksigen terlarutnya. Botol yang tersisa diukur oksigen
teralrutnya pada hari ke-0 dengan menambahkan 1 mL MnSO4 + 1 mL
reagen alkali iodida azida + 1 mL H2SO4 pekat. Kemudian,
ditambah dengan 3 tetes amilum dan dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat
(Na2S2O3) [2]. Teknik pengujian BOD adalah
sebagai berikut [3]:
Penentuan BOD dilakukan dengan menggunakan metode titrasi
Winkler, dimana kadar BOD dihitung dengan rumus : BOD = DO(0) – DO(5)
Pertama penetuaan
DO(0).
Sampel dipipet 50 ml sampel, dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml ditambahkan
masing-masing 1 mL buffer posfat, MgSO4, CaCl2 dan FeCl3
dan diencerkan dengan akuades sampai tanda batas. Dipindahkan ke beker gelas
1000 ml lalu diaerasi selama 15 menit. Dimasukkan ke dalam botol Winkler dan
ditutup, tambahkan masing-masing 1 ml alkali azida dan MnSO4 10 %,
tutup lalu kocok dengan membalik-balikan botol winkler. Dibiarkan selama 10
menit lalu dipindahkan ke erlenmeyer. Ditambahkan 1 ml H2SO4
pekat, dikocok dan dititrasi dengan tiosulfat hingga kuning pucat. Ditambahkan
beberapa tetes amilum 1 % kemudian titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat
hilang.
Kedua penetuaan DO(5).
Sampel
yang telah diaerasi pada pengerjaan DO(0) dimasukkan ke dalam botol
winkler dan ditutup rapat tanpa adanya udara dan disimpan 5 hari. Kemudian
dititrasi dengan cara yang sama pada penetuan DO(0). Kadar oksigen
terlarut dapat dihitung dengan rumus :
DO = kadar O2 (ppm) x faktor pengenceran
Hal yang perlu diketahui dalam kedua analisis ini adalah
apabila hasil BOD yang lebih besar dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
oleh COD, maka dapat dipastikan analisis mengalami error. Hal ini dapat diasumsikan
bahwa COD mengoksidasi semua senyawa yang ada dalam sampel air melalui
penggunaan senyawa pengoksidasi kuat dibandingkan analisis menggunakan BOD yang
tergantung pada oksidasi mikroorganisme yang hidup pada sampel. Artinya,
mikroorganisme hanya mampu mengoksidasi pada bagian-bagian tertentu saja atau
tidak secara keseluruhan.
Daftar Pustaka
1.
D. Suhardjo, 2008, J. Manusia dan Lingkungan, 15(2): 79-89.
2.
G. Alaerts dan S.S. Santika, 1984, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional,
Surabaya.
3.
Irmanto dan Suyata, 2010, Molekul, 4(1): 21-32.
4.
Sasongko dan Setia, 1990, Beberapa Parameter Kimia Sebagai Analisis, Reaktor, Semarang.
5.
P. Kristanto, 2002, Ekologi Industri, Ando Offset, Yogyakarta.
Leave a Comment