Scanning Electron Microscopy (SEM)
Microscopy atau mikroskop adalah alat yang memungkinkan perbesaran
citra obyek untuk mengamati rincian dari obyek tersebut. Perkembangan mikroskop
dimulai dari optik yang menggunakan satu seri lensa gelas untuk membelokkan
gelombang cahaya tampak agar menghasilkan citra yang diperbesar, mikroskop
petrografik, mikroskop medan-gelap, mikroskop fasa, mikroskop ultraviolet,
mikroskop medan dekat dan mikroskop elektron yang menggunakan berkas elektron
untuk mengiluminasi obyek [1]. Mikroskop elektron memiliki resolusi yang lebih
tinggi dibandingkan mikroskop optik [1-2]. Hal ini disebabkan oleh panjang
gelombang de Broglie yang dimiliki
elektron lebih pendek dibandingkan gelombang optik. Makin kecil panjang
gelombang yang digunakan maka makin tinggi resolusi mikroskop. Panjang
gelombang de Broglie elektron adalah
sebagai berikut:
dengan h konstanta Planck dan p
adalah momentum elektron. Momentum elektron
dapat ditentukan dari energi kinetik melalui hubungan berikut:
dengan K energi kinetik elektron dan m adalah massanya [2]. Intinya, panjang
gelombang pada mikroskop elektron lebih kecil daripada panjang gelombang
cahaya, maka dapat melihat struktur atau spesimen sampel yang lebih kecil.
Panjang gelombang cahaya tampak
terkecil adalah 4.000 Ã…, sedangkan panjang gelombang elektron yang digunakan
pada mikroskop elektron biasanya dalam orde angstrom (Ã…) tergantung pemercepat
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Selain itu, dengan menggunakan
mikroskop elektron dapat diperoleh perbesaran obyek dengan resolusi tinggi
sampai ratusan ribu kali (20-500.000 kali [3]) dibandingkan dengan mikroskop
optik yang hanya dua ribu kali perbesaran dengan rincian obyek kurang terlihat
jelas [1].
Ada 2 jenis mikroskop elektron yakni mikroskop elektron
transmisi (TEM-Transmission Electron
Microscopy) dan mikroskop elektron sapuan (SEM-Scanning Electron Microscopy) [1]. Scanning Electron Microscopy atau SEM merupakan metode untuk membentuk
bayangan daerah mikrokopis permukaan sampel atau dengan kata lain penggunaan
berkas elektron untuk menggambar permukaan benda [2,4]. Alat-alat SEM terdiri
atas sumber elektron (electron gun),
brupa filamen kawat wolfram, alat untuk mencacah (scanner) titik-titik sepanjang spesimen berupa lensa
elektromagnetik dan foil pencacah, seperangkat lensa elektromagnetik untuk
memfokuskan elektron dari sumber menjadi titik kecil di atas spesimen, sistem
detektor, serta sistem layar [4].
Respati [5] cara kerja dari SEM
adalah sinar dari lampu dipancarkan pada lensa kondensor. Sebelum masuk pada
lensa kondensor ada pengatur dari pancaran sinar elektron yang ditembakkan.
Sinar yang melewati lensa kondensor diteruskan lensa objektif yang dapat diatur
maju dan mundurnya. Sinar yang melewati lensa objekstif diteruskan pada
spesimen yang diatur miring pada pencekamnya. Spesimen ini disinari oleh
deteksi x-ray yang menghasilkan sebuah gambar yang diteruskan pada layar
monitor. Menurut Rohaeti [4], suatu berkas elektron berdiameter antara 5-10 nm
yang dilewatkan sepanjang spesimen mengakibatkan interaksi antara berkas
elektron dengan spesimen menghasilkan beberapa fenomena berupa pemantulan
elektron berenergi tinggi, pembentukan elektron sekunder berenergi rendah, penyerapan
elektron, pembentukan sinar-X, atau pembentukan sinar tampak (cathodeluminescene). Setiap sinyal yang
terjadi dapat dimonitor oleh suatu detektor.
Gambar
1. Diagram skematik SEM [3]
|
Anggraeni [3], sewaktu berkas
elektron menumbuk permukaan sampel, sejumlah elektron direfleksikan sebagai backscattered electron (BSE) dan yang
lain membebaskan energi rendah secondary
electron (SE). Emisi radiasi elektromagnetik dari sampel timbul pada
panjang gelombang yang bervariasi tapi pada dasarnya panjang gelomang yang
lebih menarik untuk digunakan adalah panjang gelombang cahaya tampak (cathodeluminescence) dan sinar-X. Elektron-elektron BSE dan SE yang
direfleksikan dan dipancarkan oleh sebuah scintillator
yang memancarkan sebuah pulsa cahaya pada elektron yang datang. Cahaya yang
dipancarkan kemudian diubah menjadi sinyal listrik dan diperbesar oleh photomultiplier. Setelah melalui proses
perbesaran, sinyal tersebut dikirim ke bagian grid tabung sinar katoda. Scintillator
biasnya memiliki potensial positif sebesar 5-10 kV untuk mempercepat energi
rendah yang diapncarkan elektron agar cukup untuk mengemisikan cahaya tampak
ketika menumbuk scintillator. Scintillator harus dilindungi agar tidak
terkena defleksi berkas elektron utama yang memiliki potensial tinggi.
Pelindung metal yang mengandung metal gauze
terbuka yang menghadap sampel memungkinkan hampir seluruh elektron melalui scintillator.
Gambar 2.
Berkas elektron berenergi tinggi mengenai permukaan material [2]
|
Syarat agar SEM dapat mengahasilkan citra atau gambar yang tajam
adalah permukaan benda harus bersifat sebagai pemantul elektron atau dapat
melepaskan elektron sekunder ketika ditembak dengan berkas elekrton. Material
yang dapat bersifat demikian adalah material logam. Namun, jika spesimen yang
akan dianalisis tidak mampu memantulkan elektron atau melepaskan elektron
sekunder maka spesimen perlu dilapisi dengan lapisan logam seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2 [2]. Logam yang digunakan dapat berupa emas (Au) atau
berupa perak (Ag).
Gambar
3. Pelapisan pada permukaan isolator [2]
|
Daftar Pustaka
1.
M. S. Ardisasmita, 2010, J. Mikroskopi dan Mikroanalisis, 3(1): 25-29.
2.
M. Abdullah dan Khairurrijal, 2009, Jurnal Nanosains & Nanoteknologi,
2(1): 1-9.
3.
N D. Anggraeni, 2009, Seminar Nasional-VII Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri
Kampus ITENAS-Bandung ISSN 1693-3168, TMBK 50-56.
4.
E. Rohaeti, 2009, Prosiding Smeinar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, K-248-257.
5.
S. M.B. Respati, 2008, Momentum, 4(2): 42-44.
Baca juga UV-Vis Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV-DRS) disini.
Baca juga X-Ray Diffraction (XRD) disini.
Baca juga UV-Vis Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV-DRS) disini.
Baca juga X-Ray Diffraction (XRD) disini.
Leave a Comment