Teori Atom Bagian 2: Teori Atom Dalton
Perkembangan teori atom dimulai
saat konsep atom pertama kali dicetuskan oleh filsuf-filsuf Yunani seperti
Leucippus dan Demokritus pada sekitar abad ke-6 SM. Beberapa sumber lain
menyebutkan bahwa mereka berdua telah mencetuskan ide atom ini sekitar 500 B SM termasuk salah satu pencetus lainnya
adalah Anaxagoras [1]. Leucippus dan Demokritus (dan atau Anaxagoras)
memposultatkan bahwa segala sesuatu yang
ada di alam ini tersusun oleh sejumlah benda/materi atau kumpulan partikel-partikel
yang sangat kecil. Partikel yang sangat kecil ini adalah yang kemudian disebut
sebagai cikal bakal nama atom. Lebih lanjut, atom yang berasal dari bahasa
Yunani yakni atomos yang berarti
tidak dapat dibagi-bagi lagi. Meskipun begitu, baru sekitar abad ke-19 dan awal
abad ke-20, para ilmuwan berhasil membuktikan hipotesa ini yang menyatakan
bahwa atom terdiri atas sub-sub atom. Hal ini sekaligus meruntuhkan pendapat
yang menyatakan bahwa atom bersifat diskontinu
atau tidak dapat dibagi-bagi lagi.
Perkembangan awal-awal mengenai
teori atom ini sempat terhenti kurang lebih selama 2000 tahun. Hal ini terjadi
karena teori-teori yang dihasilkan hanya berasal dari buah pemikiran seperti
yang dilakukan oleh Demokritus bersama filsuf-filsuf Yunani lainnya. Selain itu
juga, hal ini disebabkan oleh keterbatasan dalam hal pembuktian hipotesa yang
ada pada masa itu. Namun setelah itu, kemudian mengalami perkembangan yang
cukup pesat setelah beberapa ilmuwan memposultatkan atom secara ilmiah dan dapat
diterima melalui serangkaian percobaan. Perkembangan awal ini dipelopori oleh
John Dalton seorang berkebangsaan Inggris sekitar tahun 1803 (sumber lainnya menyebutkan
sekitar tahun 1808 [1]). Meskipun teori yang disuguhkan oleh John Dalton ini
masih cukup memiliki kemiripian pada awal perkembangan teori namun teori ini dinilai
sebagai penyempurna teori yang dicetuskan oleh Demokritus serta memiliki bentuk
hipotesa yang lebih ilmiah dibandingkan pada awal-awal dicetuskannya teori atom
yang masih sangat sederhana sekali. Hal ini tertuang dalam bukunya yang
berjudul New System of Chemical
Philosophy menyatakan bahwa “atom
tidak dapat dibagi-bagi lagi, tiap atom tersusun atas atom-atom dengan sifat
dan massa yang identik serta senyawa terbentuk jika atom dari berbagai unsur
begabung dalam massa yang tetap”. Lebih jauh, melalui teorinya ini John
Dalton telah berhasil menjelaskan hukum-hukum dasar kimia. Hukum dasar kimia
ini seperti hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap dan hukum kelipatan
perbandingan [2].
Ariyanto [1] menyebutkan bahwa di
awal abad ke-19, penelitian mengenai berat gabungan secara kimia oleh John
Dalton dan kawan-kawan menunjukkan atom sebagai pembentuk materi. Tiga tahun
kemudian teori yang dicetuskan oleh John Dalton ini dibuktikan oleh ilmuwan
lainnya. Avogadro salah seorang ilmuwan sekaligus Professor dari Turin dengan
jelas dapat membedakan antara atom dan molekul. Ia kemudian menunjukkan bahwa
gas berbeda dengan volume yang sama berisi jumlah molekul yang sama bila suhu
dan tekanannya sama.
Kemudian temuan selanjutnya yang
menjembatani antara teori atom Dalton ke perkembangan teori selanjutnya (dalam
hal ini teori atom J.J. Thomson) adalah Prout salah seorang berkebangsaan
Inggris. Ia menyarankan sekitar tahun 1815 bahwa atom semua elemen tersusun
sari atom hidrogen. Teori ini tidak dapat diteriman secara langsung sampai
akhir abad ke-19. Teori ini ditolak karena tidak sesuai dengan analisis
pengukuran berat atom yang lebih akurat pada massa itu. Meskipun begitu, teori
ini kemudian dapat diterima dalam bentuk atau bidang yang lain setelah
ditemukannya konsep massa pada awal abad ke-20 [1].
Hingga saat ini, teori atom Dalton
sangat terkenal dengan atom yang digambarkan layaknya seperti “bola bejal ” yang sangat khas. Secara ringkas
hipotesa yang diajukan oleh John Dalton adalah sebagai berikut:
- Pertama, setiap unsur terdiri atas partikel yang sangat kecil. Partikel yang sangat kecil ini kemudian dinamakan sebagai atom yang diilustrasikan sebagai pola pejal.
- Kedua, atom dari unsur-unsur yang sama akan memiliki sifat yang sama pula. Begitu pula sebaliknya, unsur-unsur yang berbeda akan memiliki sifat dasar yang berbeda pula.
- Ketiga, atom dari suatu unsur tidak dapat diubah menjadi atom unsur lainnya dengan reaksi kimia. Namun, yang terjadi dalam reaksi kimia adalah penyusunan kembali atom-atom penyusun zat.
- Keempat, atom tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat dihancurkan.
- Kelima, atom-atom dapat bersenyawa membentuk molekul. Atom-atom yang bersenyawa ini memiliki perbandingan rasio tertentu (spesifik), bulat dan sederhana. Misalnya dalam senyawa CO2 dan CO. Atom C pada CO dan CO2 mempunyai perbandingan yang sederhana. Kemudian, jumlah massa sebelum dan sesudah dalam suatu reaksi adalah sama.
Selain hipotesa yang diajukan
oleh John Dalton di atas, sayangnya teori ini masih memiliki kelemahan. Kelemahan
ini diantaranya; pertama, tidak dapat menjelaskan sifat listrik materi, kedua
tidak dapat menjelaskan cara atom-atom saling berkikatan, dan terakhir
ilustrasi yang digambarkan masih sangat-sangat sederhana yakni hanya berupa bola pejal. Bagaimanpun kelemahan yang
ada pada hipotesa teori atom John Dalton ini merupakan jembatan bagi para
ilmuwan lainnya mengemabngkan teori atom yang lebih ilmiah lagi.
Daftar Pustaka
1.
S. Ariyono, 2000, Widyanuklid, 3(2): 8-9.
2.
www.studiobelajar.com/teori-atom/
Leave a Comment