X-Ray Diffraction (XRD)
Metode difraksi sinar-X adalah
salah satu cara untuk mempelajari keteraturan atom atau molekul dalam suatu
struktur tertentu. Jika struktur atom atau molekul tertata secara teratur
membentuk kisi, maka radiasi elektromagnetik pada kondisi eksperimen tertentu
akan mengalami penguatan. Pengetahuan tentang kondisi eksperimen itu dapat
memberikan informasi yang sangat tentang penataan atom atau molekul dalam suatu
struktur. Sinar-X dapat terbentuk bilama suatu logam sasaran ditembaki dengan
berkas elektron berenergi tinggi [1].
Gambar 1.
(a) elektron penembak menumbuk elektron atom pada kulit terdalam hingga keluar
dan (b) elektron atom kulit terluar mengisi kekosongan dengan memancarkan
sinar-X [2].
|
Jika sebuah elektron bebas
bergerak dipercepat, mampu menerobos suatu atom hingga menumbuk elektron pada
kulit terdalam keluar. Karena adanya kekosongan pada kulit terdalam, maka untuk
mempertahankan keadaan stabil, elektron terluar akan mengisi kekosongan pada
kulit atom terdlaam dengan memancarkan gelombang sinar-X sesuai ditunjukkan
dalam Gambar 1. Menurut teori elektromagnetik, sinar-X juga dapat dihasilkan
melalui peristiwa “pengereman”
elektron yang dipercepat yang disebut peristiwa Bremsstrahlung. Pancaran sinar-X akibat transisi elektron akan
memberikan suatu spektrum karakteristik. Artinya puncak-puncak intensitas
spektrum sinar-X terbentuk dengan panjang gelombang tertentu. Sedangkan sinar-X
yang berasal dari gejala Bremsstrahlung
membentuk spektrum yang kontinyu dan rendah. Misal untuk padatan tembaga (Cu)
sebagai target pada sumber inar-X, intensitas spektrum sinar-X karakteristik (Kα)
yang dihasilkan memiliki panjan gelombang skitar 1.54 Ã… [2].
Dalam eksperimen digunakan
sinar-X yang monokromatis. Kristal akan memberikan hamburan kuat jika arah
bidang kristal terhadap berkas sinar-X (sudut θ) memenuhu persamaan Bragg,
seperti yang ditunjukkan dalam persamaan berikut [1-4].
Dengan dhkl jarak antar bidang dalam
kristal, n adalah orde (0,1,2,3,....) dan λ panjang gelombang. Hal ini dapat
digambarkan dalam Gambar 2. Jarak antar bidang kristal sejajar yang berdekatan
merupakan fungsi indeks Miller (hkl)
dan tetapan kisi (α). Untuk struktur kristal kubus dapat ditulis:
Dari persamaan di atas
dapat diperoleh hubungan sebagai berikut:
Dengan s=(h2+k2+l2).
Jika s diketahui maka nilai h, k, l akan diperoleh. Struktur kristal
berbeda akan menunjukkan nilai s yang
berbeda pula. Untuk struktur kristal sistem kubus nilai s dapat ditunjukkan sebagai berikut [2]:
Kubus sederhana: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10,....
Kubus pusat badan (bbc/body center cubic): 2, 4, 6, 8, 10, 12,
14, ....
Kubus pusat muka(fbc/face center cubic): 3, 4, 8, 11, 12, 16,
....
Gambar 2. Diagram
sinar-X datang dan terdifraksi oleh atom-atom kristal [2].
|
Umumnya
dalam pembacaan data XRD, maka akan diperoleh puncak-pucak yang dapat
diilustrasikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Makin
lebar puncak difraksi sinar-X maka makin kecil ukuran kristallite [5].
|
Abdullah
dan Khairurrijal [5], berdasarkan metode ini makin kecil ukuran kristallite maka makin lebar puncak
difraksi yang diilustrasikan pada Gambar 3. Kristal yang berukuran besar dengan
satu orientasi menghasilkan puncak difraksi yang mendekati sebuah garis
vertikal. Kristallite yang sangat
kecil menghasilkan puncak difraksi yang sangat lebar. Lebar puncak difraksi
tersebut memberikan informasi tentang ukuran kristallite. Hal ini dapat diakibatkan karena kristallite yang kecil memiliki bidang pantul sinar-X yang
terbatas. Puncak difraksi dihasilkan oleh interferensi secara konstrktif cahaya
yang dipantulkan oleh bidang-bidang kristal. Dalam artian, makin banyak jumlah celah interferesi maka
makin sempit ukuran garis frinji pada
layar. Interferensi celah yang banyak dengan jumlah celah tak berhingga
menghasilkan frinji yang sangat tipis
tetapi sangat terang. Jumlah celah yang sangat banyak identik dengan kristallite yang ukuran besar. Karena
difraksi sinar-X pada dasarnya adalah interferensi sejumlah sumber maka kita
dapat memprediksi hubunngan antara lebar puncak difraksi dengan ukuran kristallite berdasarkan perumusan
interferensi celah banyak.
Proses
kerja difraksi sinar-X adalah sampel diletakkan pada sampel holder difraktometer sinar-X. Proses
difraksi sinar-X dimulai dengan menyalakan difraktimeter sehingga diperoleh
hasil difraksi berupa difraktogram yang menyatakan hubungan antara sudut
difraksi 2θ dengan intensitas sinar-X yang dipantulkan. Untuk difraktometer
sinar-X, sinar-X terpancar dari tabung sinar-X. Sinar-X didifraksikan dari
sampel yang konvergen yang diterima slit dalam posisi simetris dengan respon ke
fokus sinar-X. Sinar-X ini ditangkap oleh detektor sintilator dan diubah
menjadi sinyal listrik. Sinyal tersebut, setelah dieliminasi komponen noise-nya, dihitung sebagai analisa
pulsa tinggi [3]. Keuntungan utama penggunaan sinar-X dalam karakterisasi
material adalah kemampuan penetrasinya, sebab sinar-X memiliki energi sangat
tinggi akibat panjang gelombangnya yang pendek yakni memiliki panjang gelombang
0,5-2 mikron. Teknik difraksi sinar-X dapat digunakan untuk menentukan ukuran
kristal, regangan kisi, komposisi kimia dan keadaan lain yang memiliki orde
yang sama [3].
Daftar Pustaka
1.
E. Rohaeti, 2009, Prosiding Smeinar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, K-248-257.
2.
E. Budi, 2011, Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya, 11(1): 35-40.
3.
E. Hastuti, 2011, Jurnal Neutrino, 4(1): 93-100.
4.
S. Pratapa, 2009, Prosiding Seminar Nasional Hamburan Neutron dan Sinar-X ke7 Serpong
ISSN: 1411-1098, 1-5.
5.
M. Abdullah dan Khairurrijal, 2009, Jurnal Nanosains & Nanoteknologi,
2(1): 1-9.
Baca juga UV-Vis Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV-DRS) disini.
Baca juga Scanning Electron Microscopy (SEM) disini.
Baca juga UV-Vis Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV-DRS) disini.
Baca juga Scanning Electron Microscopy (SEM) disini.
Leave a Comment